Senin, 29 Oktober 2012

TextBook Development

Diposting oleh Mila Novera di 10/29/2012 10:50:00 PM 0 komentar

APA ITU BUKU TEKS
            Pengertian buku teks telah banyak dikemukakan para ahli, Tarigan dan Tarigan (1993: 11-13) menyimpulkan;  (a) buku teks itu selalu merupakan  buku pelajaran yang ditujukan  bagi siswa pada jenjang pendidian tertentu; (b) buku teks itu selalu berkaitan dengan  bidang studi tertentu; (c) buku teks itu selalu menampilkan  buku yang standar       (d) buku teks itu biasanya disusun dan ditulis oleh para pakar; (e) buku teks itu ditulis untuk tujuan pembelajaranl tertentu; (f) buku teks biasanya juga dilengkapi  dengan sarana pembelajaran; dan (g) buku teks itu selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program pembelajaran.
            Menurut Kamaruddin (1999:1), bahan ajar bukan sekadar alat bagi guru untuk mengajar siswa. Namun, yang lebih penting ialah buku  sebagai sumber yang digunakan siswa agar ia belajar. Bahan ajar pada umumnya dikemas  ke dalam buku ajar atau buku teks. Buku teks hendaknya terpaut dengan  kurikulum yang dioperasikan pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Buku teks yang digunakan seyogianya mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Buku teks pelajaran memiliki peran penting dalam system pendidikan nasional, karena buku tersebut merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran. Dengan buku teks yang baik, yang isinya mencakup semua standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai tuntutan standar isi, penyajiannya menarik, bahasanya baku, dan ilustrasinya menarik dan tepat, maka diharapkan proses belajar pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa bisa optimal mencapai standar kompetensi lulusan (SKL).

KELAYAKAN BUKU TEKS
            Geene dan Petty (dalam Tarigan dan Tarigan, 1993: 20-21) mengemukakan kriteria buku teks yang layak sehingga berkualitas adalah:
a.       Buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang menggunakannya.
b.      Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada siswa yang memakainya.
c.       Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi menarik hati para siswa yang memanfaatkannya.
d.  Buku teks itu seyogianyalah  mempertimbangkan aspek-aspek kebahasaan  sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
e.      Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya.
f.        Buku teks itu haruslah dapat merangsang aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya.
g.  Buku teks itu haruslah menyajikan konsep yang jelas agar tidak membingungkan  para siswa yang memakainya.
h.      Buku teks itu haruslah menjadi sudut pandang yang jelas dan tegas.
i.        Buku teks itu haruslah mampu memberi  pemantapan dan penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
j.        Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa  yang memakainya.
            Kriteria  kelayakan buku teks yang bermutu  sebagaimana dikemukakan  Geene dan Petty, paling tidak akan menuntun guru dalam  memilih buku teks yang akan dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Dewasa ini, berbagai buku teks telah tersedia di pasaran. Guru tidak lagi  mengalami kesulitan  dalam menyiapkan buku teks sebagai sumber pembelajaran.  Guru tinggal selektif dalam  memilih dan memilah buku teks yang layak untuk digunakan.

        Buku teks pelajaran seharusnya mempunyai dua misi utama, yaitu Pertama, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Kedua, pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Teknik, metode, atau pendekatan yang dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku tidak terlepas dari keterkaitan dengan apa yang sedang diprogramkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, yaitu bahwa buku pelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, berorientasi pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan kontekstual, teknologi dan masyarakat,  serta demonstrasi dan eksperimen. Selain itu, suatu buku pelajaran harus dapat menggambarkan dengan jelas keterpaduan atau keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. 

Setiap buku teks pelajaran diharapkan memenuhi standar-standar tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku pelajaran. Standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa/keterbacaan.
a.       Standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut.
- kelengkapan materi;
- keakuratan materi;
- kegiatan yang mendukung materi;
- kemutakhiran materi;
- upaya meningkatkan kompetensi siswa;
- pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan;
- materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir;
- materi merangsang siswa untuk melakukan inquiry;
- penggunaan notasi, simbol, dan satuan.

b.      Standar yang berkaitan dengan aspek penyajian yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah sebagai berikut:
- organisasi penyajian umum;
- organisasi penyajian per bab;
- penyajian mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan;
- melibatkan siswa secara aktif;
- mengembangkan proses pembentukan pengetahuan;
- tampilan umum;
- variasi dalam cara penyampaian informasi;
- meningkatkan kualitas pembelajaran;
- anatomi buku pelajaran;
- memperhatikan kode etik dan hak cipta;
- memperhatikan kesetaraan gender dan kepedulian terhadap lingkungan;
c.       Standar yang berkaitan dengan aspek bahasa/keterbacaan yang harus ada dalam setiap buku pelajaran  adalah sebagai berikut:
- bahasa Indonesia yang baik dan benar;
- peristilahan;
- kejelasan bahasa;
- kesesuaian bahasa;
- kemudahan untuk dibaca.

Sumber :

Proposal Rancangan Penulisan Buku Teks Pelajaran Sejarah untuk Siswa SMP kelas VII semester 1

Diposting oleh Mila Novera di 10/29/2012 09:08:00 PM 0 komentar
Latar belakang
    Kami memilih pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang akan di buat dalam bentuk buku teks pelajaran, dalam mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar Cetak (PBAC) karena dari kelompok kami sendiriada anggota kelompok yang basicnya merupakan jurusan IPS, dan kami memiliki teman lulusan pendidikan sejarah yang turut serta membantu kami dalam pembuatan buku teks pelajaran ini.
   Sasaran dalam penulisan buku teks sejarah ini yaitu siswa SMP kelas VII, karena materi yang kami berikan masih kisaran sejarah Indonesia. Selain  itusetiap dari anggota kelompok kami pernah belajar tentang materi yang akan kami buat dalam penulisan buku teks pelajaran.


Tujuan penulisan buku
   Tujuan penulisan buku yang kami buat yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan buku teks pelajaran bagi para siswa SMP kelas VII dan juga untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar Cetak.


Prosedur penulisan
    Dalam penulisan buku teks ini kami menggunakan prosedur penulisan “Himpunan” dimana setiap materi tidak memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga materi yang diajarkan bias dimulai dari BAB  manapun.


Materi
    Dalam penulisan buku teks pelajaran sejarah ini kami akan membagi menjadi 4 BAB.  Dimana pada BAB I berisi tentang kehidupan pada masa Pra Aksara di Indonesia, dan pada BAB II berisi tentang  perkembangan masyarakat ,kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha serta peninggalan – peninggalannya, kemudian pada BAB III beris itentang perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam serta peninggalan-peninggalannya. Dan BAB terakhir membahas tentang perkembangan masyarakat ,kebudayaan dan pemerintah pada masa Kolonial Eropa.


Buku Rujukan,Buku Metodologi Pembelajaran dan Buku Penyusunan  Buku Teks pelajaran
  • Buku rujukan ( Referensi)
Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Depdikbud

Kartodirdjo, Sartono, dkk. 1976. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : PT. Grafitasi

  • Buku Metodologi Pembelajaran
Marno M.Idris.Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta : Ar-Ruzz Media

Moh Sholeh Hamid.2011. Metode Edutainment.Jakarta : DIVA

AdiW. Gunawan. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia
  • Buku Penyusunan Buku Teks
Dalam penyusunan buku teks ini kami menggunakan buku Penulisan Buku Teks Pelajaran oleh Prof.Dr.B.P.Sitepu,M.A.

---------------------------------------



Mata pelajaran           : Sejarah
Kelas/Semester           : VII / 1
StandarKompetensi        : 1. Memahamilingkungankehidupanmanusia
KompetensiDasar       : Mendeskripsikan kehidupan pada masa Pra Aksara di Indonesia


Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari materi ini,siswa kelas VII semester 1 akan dapat mengidentifikasi masa pra-aksara di Indonesia dengan tepat sesuai pada buku teks pelajaran siswa.

Indikator :
  • Menjelaskan pengertian masa PraAksara 
  • Menjelaskankan  kurun waktu masa Pra Aksara 
  • Menyebutkan jenis-jenis manusia purba di indonesia 
  • Mengidentifikasi jenis-jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa Pra Aksara 
  • Menjelaskan perkembangan kehidupan pada masa Pra Aksara 
  • Menyebutkan peralatan kehidupan yang dipergunakan pada masa Pra Aksara 
  • Menjelaskan pembagian zaman berdasarkan hasil kebudayaan yang ditinggalkan pada masa pra aksara. 
  • Mengidentifikasi peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Pra Aksara

Materi Pembelajaran:
  • Pengertian dan kurun waktu masa Pra Aksara 
  • Jenis-jenis manusia Indonesia yang hidup pada masa Pra Aksara 
  • Perkembangan kehidupan pada masa Pra Aksara dan peralatan kehidupan yang dipergunakan 
  • Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Pra Aksara
----------------------------------------



Mata pelajaran           : Sejarah
Kelas/Semester           : VII / 1
Standar Kompetensi    : 2. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa
Kompetensi Dasar      : 2.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha serta peninggalan – peninggalannya.

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari materi ini, siswa kelas VII semester 1 akan dapat mengidentifikasi peninggalan-peninggalan agama Hindu-Budha di Indonesia dengan benar sesuai pada buku teks pelajaran .

Indikator:
  • Mendeskripsikan masuk dan berkembangnya Agama Hindu Budha di Indonesia. 
  • Menunjukkan pada peta daerah – daerah yang dipengaruhi unsur Hindu Budha di Indonesia 
  • Menyusun kronologi perkembangan kerajaan Hindu Budha di berbagai wilayah Indonesia. 
  • Mengidentifikasi dan member contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. 
  • Menunjukkan tempat – tempat peninggalan Kerajaan Hindu Budha pada peta.

Materi Pelajaran
  • Proses masuk dan bekembangnya Agama Hindu Budha di Indonesia. 
  • Daerah –daerah yang dipengaruhi unsur Hindu Budha di Indonesia 
  • Perkembangan kerajaan Hindu Budha di berbagai wilayah Indonesia. 
  • Contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. 
  • Tempat – tempat peninggalan Kerajaan Hindu Budha.
----------------------------------------



Mata pelajaran           : Sejarah
Kelas/Semester           : VII / 1
Standar Kompetensi    : 2. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa
Kompetensi Dasar      : 2.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam serta peninggalan-peninggalannya.

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari materi ini, siswa kelas VII semester 1 akan dapat menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia dengan tepat sesuai dalam buku teks pelajaran dan pengalaman belajar siswa.

Indikator:
  • Melacak proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia 
  • Mendeskripsikan saluran – saluran Islamisasi di Indonesia 
  • Menjelaskan cara yang digunakan Wali Songo atau ulama lain dalam menyebarkan Islam 
  • Membaca dan membuat peta jalur serta daerah penyebaran Islam di Indonesia 
  • Menyusun kronologi perkembangan Kerajaan Islam di berbagai wilayah Indonesia 
  • Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di berbagai daerah

Materi Pelajaran:
  • Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia 
  • Saluran – saluran Islamisasi di Indonesia 
  • Cara yang digunakan Wali Songo atau ulama lain dalam menyebarkan Islam 
  • Peta jalur serta daerah penyebaran Islam di Indonesia 
  • Kronologi perkembangan Kerajaan Islam di berbagai wilayah Indonesia 
  • Contoh peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di berbagai  daerah


------------------------------------------

Mata pelajaran           : Sejarah
Kelas/Semester           : VII / 1
Standar Kompetensi       : 2. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa
Kompetensi Dasar      : 2.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintah pada masa Kolonial Eropa.

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari materi ini, siswa kelas VII semester 1 akan dapat mengidentifikasi perkembangan kehidupan masyarakat pada masa colonial Eropa dengan benar sesuai pada materi dalam buku pedoman siswa.

Indikator:
  • Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. 
  • Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. 
  • Mengidentifikasireaksibangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. 
  • Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa colonial Eropa.

Materi Pelajaran:
  • Proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. 
  • Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. 
  • Reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. 
  • Perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa  kolonial Eropa. 

Credit: tugas PBAC kelompok: Kiky, Mila, Ida, Fiki (TP 2010 UNJ)

Industri Buku di Indonesia

Diposting oleh Mila Novera di 10/29/2012 09:04:00 PM 0 komentar


Buku hadir sebagai pembuka tabir peradaban. Negara maju telah berhasil membuktikannya. Namun dalam proses perjalanannya, industri buku di Indonesia malah semakin tersisih. Eksistensi buku hanya menempati rangking terakhir dalam kebutuhan keluarga di Indonesia. Pepatah tentang “buku gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya”, seakan tak berarti di negeri ini.

Apa penyebab merosotnya industri buku di Indonesia?
Disinyalir perkembangan daya baca dan daya beli masyarakat Indonesia terhadap buku masih (tetap) saja rendah. Sehingga  “rendahnya minat baca” dan “mahalnya harga buku” sering disebut-sebut sebagai penyebab utama mengapa industri dan tata niaga buku di Indonesia belum juga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sebagaimana diungkapkan penyair Taufik Ismail, bangsa Indonesia masih rabun membaca dan pincang menulis. Hal ini ia tegaskan setelah melakukan penelitian sederhana kepada siswa SMU di 13 negara. Jika 13 SMU di Amerika Serikat menghabiskan 32 judul buku sastra selama tiga tahun, Jepang dan Swiss 15 buku, siswa SMU di negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darusalam menamatkan membaca 5-7 judul buku sastra, siswa SMU di Indonesia nol buku.
Seirama dengan persoalan rendahnya minat baca masyarakat, menurut Subagya (2005: 10), ada dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama menegaskan, harga buku yang mahal untuk sebagian besar masyarakat (dibandingkan dengan rata-rata pendapatan penduduk) merupakan penyebab utama rendahnya permintaan terhadap buku.
Pendapat yang kedua menyatakan, minat baca masyarakat yang masih rendahlah yang menjadi penyebabnya dan hal itu tidak bisa dipisahkan dari kenyataan bahwa buku belum menjadi salah satu kebutuhan masyarakat kita.
Kondisi itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2003 mensinyalir penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran pada minggu hanya 55,11%. Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22%, buku cerita 16,72%, buku pelajaran sekolah 44,28% dan yang membaca ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07%.

Potret Buram Perbukuan
Dengan merujuk pada kedua asumsi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan eksistensi buku dalam anggaran belanja keluarga Indonesia belum termasuk kategori kebutuhan utama. Mengapa demikian? Beberapa kalangan menilai tipikal budaya membaca orang Indonesia sangat unik, banyak orang membaca sewaktu-waktu saja dan hanya sedikit  orang Indonesia yang benar-benar menjadikan media cetak, baik sebagai sarana memperoleh hiburan maupun untuk memperoleh informasi.
Sisi lain, lompatan budaya (tradisi) lisan  juga ikut mempengaruhi kolerasi budaya baca sehingga pada akhirnya mempengaruhi selera beli dan daya beli mereka. Belum lagi surut lompatan budaya lisan, lahirlah budaya audio-visual berupa televisi. Kehadiran televisi di tahun 1970-an serta merta  mendorong tradisi lisan ikut terkontaminasi. Hingga tahun 2010 saat ini terdapat 9.345 program televisi dan 11 jaringan televisi nasional serta 95 televisi lokal yang telah siaran (data Nielsen, Juni 2010).
Kehadiran televisi dalam tataran industri buku, menjadi ancaman terselubung. Bagaimana tidak, perkembangan media visual yang terus melaju melahirkan banyak pilihan dalam hal informasi dan hiburan. Dampaknya, masyarakat pada umumnya menjatuhkan pilihan utama sebagai sarana rekreatif dan informatif pada televisi.
Setelah itu, berturut-turut surat kabar, majalah, baru pada buku. Buku menjadi kebutuhan yang kesekian. Itu pun, masih bersaing dengan media cetak lain yang juga semakin cepat menyajikan informasi dan hiburan. Buku tinggal  mencari ceruk-ceruk lain yang belum terjamah dan belum dimakan habis oleh media cetak lain (Subagya, 2005: 51).
Sehingga Indonesia jika dibandingkan dengan Cina yang berpenduduk 1,3 miliar jiwa mampu menerbitkan 140.000 judul buku baru setiap tahunnya. Vietnam dengan 80 juta jiwa menerbitkan 15.000 judul buku baru per tahun, Malaysia berpenduduk 26 juta jiwa menerbitkan 10.000 judul, sedangkan Indonesia dengan 220 juta jiwa hanya mampu menerbitkan 10.000 judul per tahun.
Kondisi itu terlihat juga dari konsumsi kertas per kapita di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara di dunia. Menurut data PT Kertas Leces (persero, Probolinggo) 1989, mencatat Amerika Serikat mengkonsumsi kertas sebanyak 317.8 kg, disusul Jepang sebanyak 204.5 kg, kemudian Australia 155.5 kg, Singapura 95.0 kg, negara-negara eropa  91,2 kg, Malaysia 25.0 kg, Thailand 17.0 kg, Brunai 12.0 kg, Philipina 9.0 kg, India 8.0 kg, dan Indonesia 5,7 kg.

Pembinaan Perbukuan
Pemerintah menyadari bahwa buku merupakan sumber informasi dan saran pendidikan dalam mencerdakan bangsa, oleh karena itu industri buku dengan komponen-komponennya perlu dikembangkan. Melihat kompleksnya masalah industri buku dan menyangkut berbagai dan lintas sektor seperti pendidikan, perindustrian, perdagangan, dan keuangan, maka melalui Keppres No 5 Tahun 1978, Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan dan Pengembangan Buku Nasional  (BPPBN) yang bertugas melakukan berbagai kajian dan merumuskan konsep-konsep kebijakan di bidang perbukuan nasional. Badan ini pulalah yang melakukan kajian perbukuan secara nasional dan mengidentifikasi perlunya Undang-Undang untuk mengatur perbukuan secara nasional. Tahun 1997, BPPBN menyusun draf awal UU tentang perbukuan nasional tetapi tidak ditindak lanjuti sampai Badan ini dibubarkan.
Untuk membina perbukuan di lingkungan pendidikan dan kebudayaan, melalui Keppres No.4 Tahun 1987 dibentuk Pusat Perbukuan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di samping berfungsi untuk mengembangkan buku-buku untuk keperluan pendidikan, Pusat ini juga berupaya berperan serta mendorong perkembangan industri buku nasional dengan melakukan berbagai seminar dan pelatihan yang berkaitan dengan perbukuan, pemasyarakatan minat dan gemar membaca, serta melanjutkan upaya melahirkan Undnag-Undang tentang Sistem Perbukuan Nasional. Akan tetapi dengan alasan reformasi birokrasi, Pusat Perbukuan ini diintegrasikan dengan Pusat Kurikulum menjadi Pusat Kurikulum dan Perbukuan dengan lingkup tugas dan fungsi yang semakin sempit.

Mila Novera (1215101952)
Teknologi Pendidikan UNJ 2010


Sumber :


 

'Spring' Mila Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea